“Kayaknya aku belum siap.”
“Aduh, waktunya belum pas.”
“Besok aja deh, sekarang masih capek.”
Yah, kita semua pernah. Alasan-alasan itu terasa wajar—kadang bahkan logis. Tapi kalau jujur, alasan itu sering cuma bungkus dari satu hal: kita lagi nggak pengen repot.
Lucunya, kita lebih milih nunda mimpi daripada ngerasain nggak nyaman sebentar.
Alasan Itu Nyaman, Tapi Nggak Menyelamatkan
Alasan tuh seperti bantal empuk yang bikin kita betah rebahan, padahal alarm hidup udah bunyi dari tadi. Kita bilang “nggak punya waktu”, tapi bisa scroll Instagram 45 menit tanpa sadar. Kita bilang “kurang ilmu”, padahal YouTube dan Google udah lebih jago dari kampus mana pun.
Alasan itu bukan rintangan nyata. Dia cuma narasi internal yang kita percaya mentah-mentah.
Contohnya?
Kamu pengen mulai bisnis kecil-kecilan, tapi ngerasa belum ngerti cara jualan.
Padahal, kamu bisa belajar sambil jalan, nanya temen, atau ikut kelas gratisan online. Tapi tetap aja, kamu bilang, “Belum waktunya.”
Ternyata bukan waktunya yang belum pas—tapi nyalinya yang belum nyala.
Disiplin Itu Kayak Otot—Dipakai Biar Kuat
Orang-orang yang kamu anggap "berhasil" bukan berarti nggak pernah cari alasan. Mereka juga punya hari malas, capek, bingung, takut gagal. Bedanya, mereka tetap jalan walau males, tetap bangun walau jatuh, tetap coba walau takut.
Mereka memilih disiplin.
Dan disiplin bukan soal bakat. Bukan juga soal kepribadian. Disiplin itu skill—dan seperti skill lain, dia bisa dilatih.
Setiap kali kamu bangun lebih pagi dari alarm,
Setiap kali kamu buka laptop walau pengen tidur,
Setiap kali kamu nolak alasan dan tetap jalan...
...itu semua lagi ngelatih otot disiplinmu.
Mulai Dari Hal-Hal Kecil
Sering kali kita nunggu semangat datang dulu baru mulai. Tapi justru sebaliknya: mulai dulu, nanti semangat nyusul.
Set goal yang jelas.
Biar otak nggak bingung, tentuin targetmu dengan spesifik. Bukan cuma “mau hidup sehat”, tapi “olahraga 15 menit tiap pagi” misalnya.
Bikin rutinitas kecil.
Nggak usah langsung rombak hidup. Mulai dari satu kebiasaan baik yang kamu ulang tiap hari. Lama-lama, disiplinmu kebentuk tanpa sadar.
Terima rasa nggak nyaman.
Disiplin itu nggak glamor. Kadang nyebelin. Tapi di situlah kamu tumbuh. Rasanya nggak enak, tapi hasilnya luar biasa.
Jujur sama diri sendiri.
Kalau kamu gagal, jangan cari kambing hitam. Cari titik balik. Tanyain: “Apa yang bisa aku perbaiki dari sini?”
Beralasan Sifatnya Sementara, Disiplin Itu Investasi
Kamu bisa pilih rasa nyaman sekarang, lalu menyesal nanti.
Atau pilih rasa nggak nyaman sebentar, lalu panen hasilnya seumur hidup.
Banyak alasan memang ngasih rasa aman. Tapi cuma sesaat. Dia nggak pernah nganterin kamu ke versi terbaik dari dirimu.
Disiplin?
Dia bikin kamu jadi orang yang bisa diandalkan, bisa dipercaya, dan bisa tahan uji.
Bukan karena kamu selalu benar, tapi karena kamu terus belajar dan bergerak.
Pertanyaan yang Perlu Kamu Simpan
Setiap kali kamu mau menyerah atau mundur, coba tanya:
“Alasan ini beneran valid, atau cuma nyaman?”
“Kalau aku percaya alasan ini, berapa langkah mundur aku dari impianku?”
Kadang jawabannya bikin nyesek. Tapi dari situ, kamu bisa mulai ubah arah.
Karena Pilihan Selalu Ada
Kamu selalu punya pilihan:
Terus mengulang alasan yang sama...
Atau mulai satu langkah kecil hari ini juga.
Bukan soal seberapa cepat kamu maju, tapi seberapa konsisten kamu berjalan.
Dan setiap langkah disiplin yang kamu ambil, sekecil apa pun, adalah bukti: kamu sedang menulis ulang cerita hidupmu.
Nggak perlu sempurna. Cukup nggak nyerah.
