Kenapa Kadang Harus Mencintai Musuh dan Membenci Teman
Musuh tidak selalu pantas dibenci, dan teman tidak selalu layak dipercaya. Belajar membedakan, agar hati tetap hangat tanpa kehilangan kewaspadaan
Kenapa Kadang Harus Mencintai Musuh dan Membenci Teman
Ada satu kutipan lama yang kadang bikin dahi berkerut kalau didengerin: "The man of knowledge must be able not only to love his enemies but also to hate his friends." Agak keras, ya? Biasa, otak langsung nolak. Maksudnya apa, sih? Masa teman dibenci, musuh malah dicintai? Tapi makin dipikirin, makin kerasa. Hidup tuh memang seringnya kayak main teater: wajah bisa manis, tapi naskah di baliknya? Hancur-hancuran. Mencintai Musuh: Bukan Tentang Mengalah, Tapi Menang Di Dalam Kalau ngomongin musuh, jujur aja, siapa sih yang langsung pengen peluk? Boro-boro, kadang denger namanya aja udah males. Tapi justru di situlah permainan mentalnya. Mencintai musuh bukan soal ngelap air mata mereka atau pura-pura akrab. Ini tentang ngelepasin beban marah yang ngerongrong dada tiap hari. Kayak gini, deh: Musuh tuh ibarat bara panas. Kalau terus digenggam, siapa yang kebakar duluan? Ya, diri sendiri. Ada riset keren dari Stanford yang bilang, memaafkan itu bukan soal jadi "orang baik" — tapi soal b…